Webinar HPSN 2025: Kolaborasi Wujudkan Indonesia Minim Sampah!
Gita Pertiwi – Dalam memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025, Gita Pertiwi mengadakan webinar bertajuk “Kolaborasi Mewujudkan Indonesia Bersih” pada Senin (24/1). Acara yang diadakan secara daring melalui Zoom Meeting ini diisi oleh tiga ahli sebagai pembicara, yakni Prof. Dr. Ir. Budi Widianarko, M.Sc. (Akademisi UNIKA Soegijapranata), Bekti Maulana (Komunitas Tunggul Surakarta), dan Edy Suparmanto (DLH Kota Surakarta).
Isu sampah di Indonesia menjadi salah satu isu yang serius untuk diselesaikan. Menurut data SIPSN KLHK, hampir 39,28% dari total sampah yang dihasilkan oleh masyarakat merupakan sampah pangan dan 19,71% komposisi sampah berasal dari sampah plastik sekali pakai dari total timbulan sampah yang mencapai 68,7 ton. Permasalahan sampah ini berasal dari berbagai sumber seperti, sekolah, pasar, hingga rumah tangga. Di Kota Surakarta sendiri, timbulan sampah mencapai 152.974 ton per tahunnya (data SIPSN, 2023) dengan komposisi sampah terbanyak adalah organik sebanyak 38,18% dan plastic 22%. Angka tersebut terus meningkat setiap tahunnya, karena sampah yang dihasilkan setiap hari semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Riset yang dilakukan Gita Pertiwi bersama UNIKA dan YLKI (2018) tentang pola konsumsi rumah tangga menunjukkan potensi sampah pangan rumah tangga di Surakarta adalah sebesar 44,4 kg/orang/tahun. Hal ini meningkat pada saat pandemi Covid-19 menjadi 66,7 kg/orang/tahun (Gita Pertiwi & AZWI, 2021).
Melihat tingginya timbulan sampah tentu menjadi perhatian khusus bagi kita semua terutama pada sampah jenis anorganik plastik. Sampah plastik terbukti membawa dampak buruk bagi manusia dalam bentuk mikroplastik. Seiring dengan meningkatnya produksi plastik dan penggunaan yang tidak terkendali, potensi cemaran mikroplastik telah mencemari berbagai ekosistem (perairan, tanah, dan udara) semakin meningkat. Salah satu dampak paling mengkhawatirkan adalah kemunculan mikroplastik dalam rantai pangan.
Berdasarkan riset yang dilakukan Gita Pertiwi pada tahun 2023 menemukan adanya mikroplastik pada pangan jajanan anak sekolah. Setidaknya ditemukan mikroplastik dengan ukuran 17 – 45 µm berbentuk fiber dan fragmen. Selain itu, berdasarkan riset yang dilakukan Gita Pertiwi dengan UNIKA menemukan fakta bahwa sapi yang dipelihara sapi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) mengandung mikroplastik jenis fragment dan fiber. Mengejutkanya, mikroplastik sudah mencemari berbagai organ tubuh sapi seperti darah, daging, dan jeroan. Artinya, pencemaran mikroplastik saat ini sudah memasuki tahap mencemari sistem pangan yang setiap hari masyarakat konsumsi.
Melihat kondisi tersebut, Gita Pertiwi menyelenggarakan webinar yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pentingnya pengelolaan sampah baik itu sampah organik dan pengurangan sampah plastik. Melalui webinar ini, masyarakat dapat memperdalam pemahaman mengenai dampak timbunan sampah, keamanan pangan dari cemaran mikroplastik, hingga upaya pengurangan sampah ke TPA melalui kolaborasi berbagai pihak mulai dari masyarakat, pemerintah, dan komunitas anak muda. Hal ini dapat menjadi salah satu strategi mengkampanyekan pemahaman masyarakat untuk mengurangi timbulan sampah dari sumbernya.
Berdasarkan pemaparan oleh Prof. Dr. Ir. Budi Widianarko, mikroplastik tercipta akibat dari limbha plastik yang tidak terkelola dengan baik. “Mikroplastik ini bisa ada di bahan pangan, seperti daging, dalam hal ini riset saya menemukan adanya mikroplastik di daging, jeroan, dan darah sapi,” pungkasnya. Lebih lanjut, beliau menjelaskan pangan yang menggunakan kemasan plastik, berpotensi adanya cemaran mikroplastik yang membawa zat kimia berbahaya sehingga dapat mengancam kesehatan manusia. “Maka dari itu, perlu adanya integritas pangan untuk memastikan keamanan pangan pada setiap orang,” tambahnya.
Menurut Prof. Dr. Ir. Budi Widianarko, M.Sc. saat ini di Indonesia memiliki tantangan yang besar, karena menjadi konsumen mikroplastik tertinggi di dunia. Beliau menjelaskan konsumsi mikroplastik yang mencapai 15 gram per kapita per bulan. Selain itu, mikroplastik tersebut dikhawatirkan dibawa dan diserap oleh jaringan tubuh beserta bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Sehingga di khawatirkan juga akan mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh pada manusia dan potensi penyakit lainnya seperti kanker.
Bekti Maulana seorang penggiat sampah di Kota Surakarta dari Komunitas Tunggul menjelaskan pentingnya peran pemerintah dan masyarakat untuk berkolaborasi dalam mengentaskan permasalahan sampah. “Jadi kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat ini penting ya, karena pastinya tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Di sini peran pemerintah dibutuhkan untuk menguatkan regulasi terkait penyelesaian permasalahan sampah,” kata Bekti. Dia juga menjelaskan bahwa anak muda sebagai agen perubahan juga perlu untuk berpartisipasi dalam mengurangi timbulan sampah. Kegiatan yang bisa dilakukan seperti menggunakan kemasan guna ulang seperti tumblr untuk jajan, melakukan aksi bersih-bersih Bersama komunitas, melakukan pemilahan sampah, dan edukasi kepada masyarakat. Merespon aspirasi dari masyarakat, Edy Suparmanto sebagai Kepala UPTD TPA Putri Cempo Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta, pihaknya mengatakan siap untuk berkolaborasi dengan komunitas, NGO, dan masyarakat untuk bersama-sama menyelesaikan permasalahan sampah.“ Kami pemerintah sangat mendukung berbagai kegiatan dan aksi yang dilakukan dalam upaya mengurangi timbulan sampah dan menjaga lingkungan dari sampah yang berserakan.” Edy menjelaskan peran masyarakat sangat diperlukan terutama memulainya dengan melakukan pemilahan sampah dari sumber.