Tolak Mubadzir!!! Begini Gita Pertiwi Mendorong Pemanfaatan Sisa Makanan Santri Sebagai Ternak Maggot
Yogyakarta – Gita Pertiwi fasilitasi Kelompok Tani Ngremboko Yogyakarta untuk memanfaatkan sampah pangan dari warga dan santri sebagai pakan ternak maggot.Gita Pertiwi bersama Kandang Maggot Jogja berkolaborasi untuk mendorong Kelompok Tani Ngreboko dalam sirkulariti sampah pangan melalui budidaya maggot. Sebanyak 16 kg maggot hasil produksi hasil memanfaatkan sampah pangan warga dan santri. Sebanyak 20 kg sampah pangan terkelola untuk budidaya maggot yang dilakukan Kelompok Tani Ngremboko Yogyakarta. Selain itu hasil kasgot sebanyak 2 kg dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman.
Semenjak TPA Piyungan di tutup beberapapa waktu lalu sampah di daerah Kota Pelajar ini mulai berserakan dimana-mana. Berdasarkan data dari Bappeda Provinsi Yogyakarta sebanyak 1.231 ton sampah dihasilkan warga setiap hari. Volume sampah yang semakin meningkat tersebut berakibat pada beberapa titik Kota Yogyakarta yang tiba-tiba menjadi tempat pembuangan sampah.
“Semenjak TPA Piyungan tutup itu sampahnya semakin tidak terkontrol. masyarakat banyak membuang sampah di jalan-jalan. Yang sebelumnya bukan tempat pembuangan sampah sekarang jadi tempat pembuangan sampah seperti di perempatan jalan.” Ucap Ferri salah satu penggiat lingkungan Yogyakarta.
Melihat hal tersebut Gita Pertiwi berupaya mengurangi timbunan sampah di Kawasan Kota Yogyakarta ini dengan mendorong peran kelembagaan masyarakat. Bersama Kandang Maggot Jogja program pemanfaatan sampah pangan untuk budidaya maggot dilakukan. Selain maggot ada kasgot yang memiliki manfaat melimpah untuk budidaya tanaman yang sehat.
Melalui Getok Tular saat ini pemanfaatan sampah organik untuk budidaya maggot mulai disebarkan kepada kelompok tani masyarakat sekitar. Kelompok Ngremboko merupakan binaan Gita Pertiwi yang memiliki semangat untuk meningkatkan kualitas hidup dengan memanfaatkan sampah pangan untuk budidaya maggot. “saat ini kami masih belajar, memang masih belum banyak hasilnya tapi yang terpenting bisa mengelola sampah agar tidak mencemari lingkungan.” Ujar Sadiran salah satu pengurus Kelompok Tani Ngremboko.

Pak Sadiran mengungkapkan bahwa dirinya dan anggota kelompok mendapat ilmu baru untuk mengelola sampah pangan warga. Kegiatan tersebut dinilai bermanfaat untuk mengurangi jumlah sampah yang terbuang ke tempat pembuangan sampah.
Sampah pangan yang didapatkan berasal dari sisa makan santri dan juga dari masyarakat yang menyetor kepada kelompok.
“setiap dua hari kita ambil sampah dari pondok itu sisa makanan para santri terutama yang akhwat itu kan mereka kalau makan sedikit padahal porsi dengan yang Ikhwan sama. Dari masyarakat juga mereka biasanya nitip disini dan yang rutin ada penjual lotis itu sisa buah tiap hari pasti setor.” Ujar Sadiran.
Pak Sadiran mengatakan selama budidaya yang pertama ini kelompok tani Ngremboko hanya budidaya 2 biopon dan bisa mengelola sampah pangan sebanyak 20 kg. Sampah tersebut diambil dari santri setiap 2 hari sekali sejumlah 2-3 kg sampah makanan. Hingga dari 5 gram telur maggot menghasilkan sebanyak 16 kilogram maggot basah dan kasgot sebanyak 2 kilogram dalam satu siklus (17 hari).
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah dengan jumlah pakan sampah pangan yang kurang dari masyarakat maupun dari santri. Sehingga perlu kerjasama lagi kepada produsen yang memiliki kelebihan sampah makanan untuk memasok pakan maggot
“saat ini kami masih kurang untuk pakan maggot sehingga hasilnya juga masih tidak terlalu berat maggotnya. Kami masih mengupayakan ketersediaan sampah pangan dari warga untuk menambah stok pakan maggot.” Ujar Sadiran.
Sebagai upaya mengembangkan kelompok tani Ngremboko tersebut Gita Pertiwi terus melakukan pendampingan dan monitoring terhadap kendala yang dihadapi kelompok. Dengan keberhasilan budidaya maggot di Kelompok Tani Ngremboko ini kedepan Gita Pertiwi akan mengembangkan melalui pemanfaatan limbah toko makanan/resto dan hotal untuk tambahan pakan maggot. Kelompok tani Ngremboko yang ingin mengembangkan produksi tidak perlu khawatir untuk pasokan pakan karena akan mendapat pendampingan. “Kedepan kami coba untuk menghubingi beberapa warung di sekitar kelompok untuk tidak membuang sampah pangan dan bisa dimanfaatkan kelompok baik nanti diambil ataupun diantar.” Jelas Ari Tim pendamping dari Gita Pertiwi.