Talkshow Pangan Sehat: Gita Pertiwi Tularkan Praktik Baik Upaya Mewujudkan Ketahanan dan Keamanan Pangan Bagi Keluarga

Klaten – Hari Rabu 21 Agustus 2024 lalu Gita Pertiwi kampanyekan praktik baik dalam mewujudkan praktik baik mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan keluarga dengan menggelar talkshow pangan sehat. Salah satu rangkaian dari kegiatan panen raya tersebut di gelar di Desa Kemudo Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Kegiatan tersebut diikuti oleh 200 peserta dari berbagai wilayah seperti Solo, Klaten, dan Jogja. Tidak hanya menghadirkan satu narasumber saja, tetapi dalam talkshow ini ada 4 narasumber dari berbagai bidang keahlian yang menambah wawasan peserta tentang pangan sehat. Diantaranya dari Ir. Indarwati selaku DKPP Kabupaten Klaten dengan topik keamanan pangan, Dyah Reny selaku Ketua TP PKK Kemudo dengan topik gerakan kebun gizi, Titik Eka Sasanti selaku Direktur Program Gita Pertiwi dengan topik membangun kemitraan pangan sehat di UPA (urban dan peri-urban agriculture dan Akhta dari Sarihusada dengan topik regenerative agriculture.

Talkshow yang bertajuk pangan sehat ini dibuka oleh moderator dari Solopos sekaligus disiarkan melalui radio.solopos.com. Narasumber banyak memberikan apresiasi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan Gita Pertiwi bersama kelompok dampingan dan pemerintah desa di Desa Kemudo. Indarwati mengatakan kegiatan yang mendukung pangan sehat bagi masyarakat perlu diuppayakan seperti yang di lakukan di Desa Kemudo ini. Dengan mengusung program regenerative agriculture tersebut memberi dampak bagi masyarakat dalam keamanan dan ketahanan pangan keluarga.

“Apa yang sudah dilakukan oleh desa kemudo ini luar biasa untuk ketahanan pangannya dengan budidaya lahan yang sehat, hasilnya pasti lebih aman untuk keluarga.” Ungkap Indarwati.

Titik juga mengungkapkan bahwa suksesnya kegiatan tersebut tidak lepas dari peran pemerintah desa dan mitra lain melalui kolaborasi multistakeholder. Sehingga kolaborasi sangat penting dalam menjalankan program regenerative agriculture.

“Perlu kolaborasi untuk mewujudkan pangan sehat ini. Desa Kemudo udah bagus karena bumdesnya sudah membeli produk-produk petani lokal pakai dana ketahanan pangan.” Ungkap Titik.

Reni menjelaskan melalui program ketahanan dari pemerintah beragam kegiatan dapat kita kolaborasikan bersama stakeholder. Kolaborasi melalui program ketahanan pangan untuk penyediaan benih, saprodi, dan pembuatan pupuk arang sekam. Selain itu, hal yang perlu dlakukan adalah pendampingan sehingga bantuan yang diberikan memang digunakan dan dapat bekerlanjutan untuk kebutuhan bersama.

Reni juga mengungkapkan bahwa kolaborasi sudah dilakukan sejak lama dengan menggandeng mitra dalam memanfaatkan pupuk organik untuk budidaya dipekarangan. Budidaya ini menggerakan ibu-ibu untuk ketahanan pangan keluarga.

“Alhamdulillah kita menggerakkan ibu-ibu itu udah dari tahun 2015 dengan memanfaatkan abu sekam dan ibu-ibu itu juga seneng ketika diajak kegiatan terutama saat panen itu semangat. Pendekatan partisipasi, solusi, apresiasi caranya kami seperti itu.

Selain itu, praktik baik regenerative agriculture ini dengan dilakukan panen raya yang melibatkan anak-anak menjadi salah satu upaya yang dilakukan Gita Pertiwi dan para stakeholder untuk mengenalkan mereka tentang dunia pertanian. Titik mengatakan bahwa sejak dini perlua dilibatkan anak-anak untuk terjun di pertanian, seperti pada saat panen langsung dilahan untuk membangun semangat anak anak dan agar mereka punya rasa ketertarikan di dunia pertanian.

Akhta juga menjelaskan bahwa keterlibatan anak muda sangat penting guna regenerasi petani yang mayoritas saat ini sudah tua. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hingga tahun 2019, jumlah petani mencapai 33,4 juta jiwa. Di antara mereka, petani muda di Indonesia berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 8% atau setara dengan 2,7 juta orang. Lalu, terdapat sekitar 30,4 juta orang, atau 91%, berusia 40 tahun ke atas, dan mayoritas mendekati usia 50-60 tahun. Akhta mengungkapkan bahwa perlua program yang menggait anak muda dalam dunia pertanian seperti regenerative agriculture ini. “Jangan sampai anak muda yang hidup disekitar pertanian ini mereka malah tidak tau apa itu tanaman selada, terong, sawi mereka malah bingung jsdi melalui program regenerative agriculture ini kita dorong petani milenial bisa menyesuaikan budidayanya secara kekinian.” Jelas Akhta.

Share: