Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia Gita Pertiwi Bersama Aliansi Anak Muda Kampanyekan Gaya Hidup Zero Waste di CFD Solo
Solo – Setiap tanggal 5 Juni seluruh dunia memperingati dengan hari lingkungan hidup sedunia. Tema yang di angkat pada hari lingkungan hidup kali ini tentang Penyelesaian Krisis Iklim dengan Inovasi dan Prinsip Keadilan. Menyambut hari yang penting tersebut Gita Pertiwi bersama BEM UNS dan Walhi Jawa Tengah kampanyekan gaya hidup zero waste kepada masyarakat terutama untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Selain menyuarakan gaya hidup zero waste dengan mengurangi penggunaan plastik BEM UNS dan aliansi anak muda ini membagikan sedotan stainless steel sebagai alat edukasi gaya hidup zero waste.
Sudah bukan menjadi rahasia lagi sampah saat ini menjadi momok bagi lestarinya lingkungan Masyarakat, namun mirisnya timbunan sampah masih tidak terkontrol. TPA Putri Cempo sendiri pada tahun 2023 sudah menampung 137.345,45 ton gunungan sampah (DLHK Kota Surakarta Tahun 2023) dengan tinggi hingga 28 meter. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Surakarta dari aktivitas warga Solo setiap harinya dapat menghasilkan sampah sebanyak 404,7 ton sampah.
Nyatanya penumpukan di sampah tersebut menimbulkan masalah lain yang dapat menyemari lingkungan sekitar TPA Putri Cempo. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pengurus BEM UNS yang melakukan observasi di TPA dan menemukan pencemaran air lindi dan tumpukan sampah bagi pemulung.
“Kasus yang terpusat untuk kampanye offline tanggal 2 Juni itu dari penumpukan sampah plastik di TPS Putri Cempo Mojosongo. Sampah plastik yang menumpuk menimbulkan beberapa dampak negative contohnya air lindi yang kotor dan bau yang kurang sedap, lalu banyak sapi yang memakan sampah plasti disana.” Ujar Syarifah salah satu pengurus BEM UNS. Melihat permasalahan yang kian merugikan tersebut aliansi anak muda dari mulai dari BEM UNS, Gita Pertiwi, dan Walhi Jawa Tengah melakukan kampenya sebagai gerakan edukasi kepada masyarakat. Grebek sampak plastik pun dilakukan dengan cara masyarakat dapat menukarkan sampah plastik mereka dengan sedotan stainless steel. Tujuannya karena masyarakat masih banyak menggunakan plastik dan saat ini menumpuk di TPA.

Kegiatan yang dilakukan di CFD ini diikuti oleh anak muda untuk menunjukkan kepedulian mereka terhadap bumi. Patung kelinci dengan tubuh botol plastik sekali pakai menjadi icon gerakan zero waste kali ini yang menandakan tercemarnya ragam hayati dari keberadaan plastik.
“Patung sampah ini memiliki arti mulai dari kain hitam yang menyelimuti botol plastik yang memiliki arti matinya kepedulian masyarakat untuk menggunakan plastik sekali pakai, lalu botol plastik menandakan banyaknya sampah plastik yang menggunung di TPA Putri Cempo dan kepala kelinci menjadi tanda plastik-plastik tersebut tidak hanya menumpuk tetapi juga dimakan oleh hewan yang berarti sudah mencemari ragam hayati.” Jelas Syarifah.
Hari Lingkungan Hidup Internasional tahun ini menunjukkan bahwa generasi muda Indonesia memiliki kesadaran tinggi dan kepedulian terhadap isu-isu lingkungan. Dengan aksi nyata dan semangat kolaboratif, anak muda mampu menjadi agen perubahan yang membawa harapan bagi masa depan bumi yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Selain itu, kesejahteraan pemulung yang berada di TPA juga perlu diperhitungkan untuk menciptakan keadilan lingkungan. Resiko pekerjaan yang dirasakan pemulung tersebut tidak sebanding dengan apa yang didapatkan. Setelah melakukan beberapa serial diskusi dengan para pemulung Gita Pertiwi menemukan pencemaran dan ancaman kesehatan yang dialami oleh masyarakat sekitar TPA.
“Pemulung itu memiliki jasa yang besar dalam mengurangi sampah di TPA, tetapi apa mereka tidak mendapat jaminan Kesehatan yang layak. Belum lagi untuk pencemaran air lindi yang dibuang sekitar Masyarakat.” Ujar Titik sebagai Direktur Program Gita Pertiwi.
Tidak hanya itu, gas metana dan resiko kebarakan TPA menyebabkan pencemaran udara yang dirasakan masyarakat sekitar. Hampir setiap tahun TPA Putri Cempo mengalami kebakaran sehingga menimbulkan polusi udara disana
“Setiap tahun di TPA ini mesti ada kebakaran karena ini gas metananya meledak. Dulu ada penangkap gas metana tapi sekarang sudah tertimbun sampah jadi metana yang ada di dalam sampah itu rawan meledak” Jelas Bu Karni salah satu pemulung yang tinggal di sekitar TPA Putri Cempo.
Melalui hari lingkungan hidup ini prinsip-prinsip keadilan harus dipahami dan ditegakkan oleh warga Solo.