Kreasi Cantik dari Kebun Kelompok Wanita Tani Desa Kemudo: Sulap Sayur Mayur Jadi Buket
Desa Kemudo, memiliki potensi besar dalam budidaya sayuran dengan dukungan alam dan kearifan lokal masyarakatnya. Potensi ini semakin berkembang melalui peran Kelompok Wanita Tani (KWT) yang mengelola berbagai kegiatan pertanian, khususnya dalam budidaya sayur-mayur. Terdapat 4 KWT yang didamping oleh Gita Pertiwi secara langsung. Di antaranya KWT Sri Kemuning, KWT Subur Makmur, KWT Setyo Arum, dan KWT Mekar Sari.
Setiap KWT tersebut memiliki potensi pertanian dengan memanfaatkan lahan pekarangan sebagai tempat budidaya sayuran sehat. KWT Sri Kemuning dengan luas lahan 750 m2 dapat menghasilkan hingga 64 kg aneka sayur perbulan, KWT Setyo Arum dengan luas lahan 408 m2 dapat menghasilkan 50 kg aneka sayur perbulan, KWT Mekar Sari dengan luas lahan 338 m2 dapat menghasilkan 21 kg aneka sayur perbulan, dan KWT Subur Makmur dengan luas lahan 68 m2 dapat menghasilkan 12 kg aneka sayur perbulan. Selama ini, produksi sayuran seperti sawi pagoda, terong, cabai, kembang kol, dan wortel dibudidayakan dengan regenerative agriculture. Pertanian regenerative (regenerative agriculture) memiliki prinsip penambahan material organik, peremajaan tanah, pengendalian OPT dengan pestisida nabati atau hayati, dan pengembangan sumber daya manusia. Melalui Program Regenerative Agriculture ibu-ibu yang didampingi oleh Gita Pertiwi memproduksi tanaman sehat.
Melihat potensi dari produksi sayur KWT dan Desa Kemudo yang sering menjadi tujuan kunjungan tamu dari berbagai daerah dan aktif berpartisipasi dalam berbagai event pameran, Gita Pertiwi menginisiasi terobosan baru. Berawal dari keberhasilan budidaya sayuran sehat di kebun gizi yang dikelola KWT (Kelompok Wanita Tani) di Desa Kemudo, muncul pemikiran kreatif untuk mengoptimalkan hasil panen dengan memberikan pelatihan pembuatan buket sayur sebagai upaya peningkatan nilai tambah produk.
Arifiani sebagai tim Program Pertanian Berkelanjutan Gita Pertiwi, dia menjelaskan inovasi buket sayur ini lahir dari analisis peluang pasar yang menunjukkan tren meningkatnya permintaan hadiah atau souvenir yang unik dan melihat potensi sayur yang di produksi oleh ibu-ibu KWT. Dengan memanfaatkan hasil kebun sendiri, KWT Sri Kemuning mengkreasikan buket yang memadukan berbagai jenis sayuran segar dengan tampilan yang artistik. Pemanfaatan potensi lokal hasil budidaya sendiri menambah nilai keunikan produk sekaligus membuktikan keberhasilan diversifikasi tanaman kelompok. “Pembuatan buket sayur ini bertujuan untuk menambah nilai estetika dan pengemasan dari sayur hasil kebun, di Desa Kemudo sering banyak ada kunjungan tamu dari luar, lomba-lomba dan pameran. Jadi, harapannya nanti dari KWT bisa menampilkan sesuatu yang beda, salah satunya yaa buket sayur tadi.” Jelasnya.
Kehadiran buket sayur ini menjadi solusi cerdas untuk berbagai keperluan, mulai dari display produk unggulan saat pameran yang menarik perhatian pengunjung, hadiah khas untuk tamu yang berkunjung ke Desa Kemudo, hingga produk premium yang bisa dipesan untuk acara-acara khusus. Inovasi ini membuka peluang bagi anggota KWT untuk mengembangkan keterampilan baru dalam bidang merangkai dan packaging produk pertanian. Keberhasilan program ini tidak lepas dari konsistensi pendampingan Gita Pertiwi yang terus mendorong kreativitas dan inovasi kelompok sekaligus mengangkat citra pertanian lokal. “Kita ingin membuka peluang-peluang inovasi baru dari kegiatan produksi KWT bisa kita kreasikan menjadi produk yang unik berbasis potensi lokal. Selain itu, kedepan kita juga mendorong KWT di Desa Kemudo untuk penjualan tanaman dalam pot/polybag sehingga dapat menjual produk sebelum panen.” Jelas Arifiani.
Inovasi buket sayur ini menjadi bukti nyata bahwa dengan kreativitas dan pendampingan yang tepat, hasil pertanian dapat ditransformasikan menjadi produk yang unik dan menambah nilai produk. Hal ini menginspirasi kelompok untuk terus berinovasi dalam pengembangan produk pertanian mereka. Ambar salah satu anggota KWT Sri Kemuning mendapatkan pengalaman dan ilmu baru untuk menambah daya tarik produk sayuran mereka sebagai potensi kelompok. “Kegiatan membuat buket sayur bagi saya sesuatu yg baru tapi seru, apalagi bahan-bahan yg digunakan ramah lingkungan, sekaligus bisa dipakai untuk bungkus makanan, yaitu daun pisang. Ibu-ibu juga bisa mengeluarkan kreatifitasnya dengan membuat buket sayur yang cantik. Semoga kedepannya bisa dikembangkan lagi,supaya bisa mempunyai nilai jual.” Terang Ambar.