Gita Pertiwi Perkuat Sinergi Dalam Mewujudkan Surakarta Sebagai Kota Cerdas Pangan Berkelanjutan

Surakarta, 13 Desember 2024 – Gita Pertiwi menggelar konferensi pers yang membahas upaya peningkatan sistem pangan berkelanjutan di Kota Surakarta. Kegiatan ini menghadirkan perwakilan Gita Pertiwi, BAPPEDA Surakarta dan TPS3R sebagai mitra strategis dalam mengimplementasikan sistem pangan berkelanjutan di Kota Surakarta. Konferensi pers yang diselenggarakan Gita Pertiwi di Hotel Dana Surakarta menghasilkan pembahasan komprehensif tentang pendekatan holistik dalam transformasi sistem pangan berkelanjutan dengan kesepakatan untuk memperkuat lima aspek utama sistem pangan kota.

“Lima aspek kunci yang menjadi fokus adalah pangan bergizi, inklusif, berkeadilan, ketahanan terhadap perubahan iklim, dan pengembangan pangan lokal,” jelas Titik Eka Sasanti selaku Direktur Gita Pertiwi. “Ini sejalan dengan visi transformasi sistem pangan nasional yang dicanangkan Bappenas dalam Peta Jalan Susut dan Sisa Pangan menuju Indonesia Emas 2045.” Jelasnya.

Data yang dipaparkan menunjukkan tantangan serius dalam pengelolaan sampah pangan. Rumah tangga di Surakarta menghasilkan rata-rata 67,7 kilogram sampah pangan per orang per tahun. Meski angka ini masih di bawah rata-rata nasional, potensi peningkatan sangat tinggi mengingat posisi Surakarta sebagai kota kuliner dengan pola makan masyarakat yang mencapai empat kali sehari.

Melalui inisiafi program Kota Cerdas Pangan ada empat aspek utama yang diadopsi dengan pendekatan holistik. Pertama, pengembangan sistem produksi pangan berkelanjutan melalui pertanian regeneratif di kawasan perkotaan dan peri-urban. Kedua, penguatan rantai pasok pangan lokal dengan menghubungkan petani langsung dengan konsumen perkotaan. Ketiga, implementasi program pengurangan susut dan sisa pangan yang sejalan dengan “Gerakan Selamatkan Pangan” yang diinisiasi Badan Pangan Nasional. Keempat, pengembangan sistem pengelolaan limbah pangan terintegrasi bekerjasama dengan TPS3R.

Direktur Gita Pertiwi juga menyampaikan bahwa inisiatif ini sejalan dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2024 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025-2045, yang menempatkan ketahanan pangan sebagai salah satu prioritas pembangunan kota. Program ini juga mendukung Peta Jalan Susut dan Sisa Pangan Nasional yang dicanangkan Bappenas dalam upaya mewujudkan sistem pangan berkelanjutan.

Selanjutnya, Sultan sebagai Kabid Perekonomian dan Sumber Daya Alam BAPPEDA Surakarta Dalam paparannya, BAPPEDA Surakarta menekankan bahwa transformasi sistem pangan kota harus sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025-2045. Sebagai kota yang 90% pasokan pangannya bergantung pada daerah lain, Surakarta memfokuskan strateginya pada penguatan kerjasama berkelanjutan dengan daerah produsen pangan di sekitar Surakarta,” ungkapnya.

BAPPEDA Surakarta menegaskan bahwa inisiatif Gita Pertiwi berkontribusi signifikan terhadap pencapaian visi Surakarta sebagai kota cerdas pangan. Program ini mendukung integrasi teknologi dan inovasi dalam meningkatkan ketahanan pangan, keberlanjutan, dan efisiensi sistem pangan kota. Kolaborasi dan koordinasi multi-stakeholder seperti ini sangat penting dalam mewujudkan sistem pangan yang inklusif dan berkelanjutan.

Tahun ini 2024 hingga Oktober 2024, program food sharing Gita Pertiwiberhasil menyelamatkan 31 ton pangan layak konsumsi melalui berbagai inisiatif seperti donasi langsung, food rescue, dan program tebus murah. Inovasi pengelolaan sampah organik juga dikembangkan melalui produksi kompos, maggot, dan pengembangan sistem pertanian perkotaan.

Cahyo sebagai Pengelola TPS3R yang didampingi oleh Gita Pertiwi turut berbagi pengalaman dalam pengelolaan sampah pangan yang telah berhasil mengurangi timbulan sampah organik dan menghasilkan kompos berkualitas untuk mendukung pertanian perkotaan. Pengelolaan sampah pangan yang efektif tidak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca tetapi juga mendukung ekonomi sirkular di Kota Surakarta.

Gita Pertiwi menekankan pentingnya pendekatan kawasan dalam pengembangan sistem pangan. “Setiap wilayah memiliki karakteristik agroklimat yang unik. Surakarta, sebagai bagian dari ekosistem Jawa, harus membangun strategi ketahanan pangan yang sesuai dengan kondisi lokalnya,” ungkap Direktur Gita Pertiwi tersebut.

Tiga strategi utama diimplementasikan dalam pengelolaan sampah pangan: pencegahan melalui edukasi dan kampanye, penyelamatan pangan berlebih, dan pengembangan ekonomi sirkular dalam penanganan sampah organik. Program-program ini didukung kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk sekolah melalui program kantin sehat dan makan bergizi bersama.

Konferensi pers ini juga menggarisbawahi pentingnya optimalisasi lahan kosong untuk produksi pangan perkotaan, penguatan sistem jaminan keamanan pangan, dan pengembangan kerjasama berkelanjutan dengan daerah produsen pangan di sekitar Surakarta. Semua ini sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan hak generasi mendatang.

“Transformasi menuju kota cerdas pangan membutuhkan kolaborasi dan koordinasi semua pihak. Kami berkomitmen untuk terus memperkuat kemitraan dengan berbagai stakeholder dalam mewujudkan sistem pangan Surakarta yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan,” Jelas Sultan.

Konferensi pers ini dihadiri oleh 20 peserta yang terdiri dari perwakilan media, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan terkait. Kegiatan ini menjadi momentum penting dalam memperkuat komitmen bersama menuju Surakarta sebagai Kota Cerdas Pangan yang tangguh menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketahanan pangan.

Share: