Wonogiri, Jawa Tengah – Di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin nyata, para petani di Desa Sendangmulyo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri menunjukkan langkah proaktif dalam mengamankan masa depan pertanian. Sebuah inisiatif bernama Sekolah Lapang Iklim (SLI) Budidaya Padi Berkelanjutan resmi dimulai pada Sabtu, 15 Maret dan Minggu 16 Maret 2025, menjadi wadah bagi para petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan praktik pertanian yang ramah lingkungan dan adaptif terhadap perubahan iklim.

Sumber: Gita Pertiwi
Kegiatan SLI ini lahir dari kesadaran akan pentingnya pertanian berkelanjutan dalam menghadapi berbagai dampak perubahan iklim, seperti pola curah hujan yang tidak menentu, peningkatan suhu, serta ancaman hama dan penyakit tanaman. Inisiatif ini bertujuan untuk membekali petani dengan teknologi budidaya padi yang tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan dan ketahanan pangan wilayah Wonogiri.
Lebih lanjut, SLI ini memiliki beberapa tujuan spesifik, antara lain Meningkatkan kemampuan petani dalam menerapkan teknologi budidaya padi berkelanjutan, Mendongkrak hasil pertanian petani di Kabupaten Wonogiri, Mengidentifikasi dan menjaga keberlanjutan produksi benih lokal yang sesuai dengan kondisi wilayah, Menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) pertanian berkelanjutan yang adaptif terhadap perubahan iklim, mulai dari budidaya, pengendalian hama dan penyakit, hingga proses panen dan pasca panen. Pertemuan pertama SLI yang bertempat di KWT Lestari Alam, Desa Sendangmulyo, disambut dengan antusias oleh 36 peserta yang terdiri dari berbagai elemen. Hadir dalam kegiatan ini narasumber ahli, perwakilan dari organisasi pendamping pertanian seperti AOI dan Gita Pertiwi, anggota kelompok wanita tani (KWT) Lestari Alam dan Melati Lestari, perwakilan dari berbagai kelompok tani (Poktan) di Desa Sendangmulyo, petani muda, serta seorang Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dari Kecamatan Tirtomoyo. Keberagaman peserta ini menunjukkan adanya sinergi dan kolaborasi yang kuat dalam upaya memajukan pertanian berkelanjutan di Wonogiri.

Sumber: Gita Pertiwi
Mengawali kegiatan, para peserta SLI menyepakati sebuah kontrak belajar yang menandakan komitmen mereka untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan sekolah iklim, mulai dari persiapan lahan hingga pasca panen. Semangat belajar dan berpartisipasi terlihat jelas dalam sesi praktik . Materi yang diberikan kepada petani sangatlah beragam mulai dari sekolah lapang iklim hingga bagaimana koponen iklim berpengaruh terhadap pertumbuhan padi dan hasil budidaya tanaman. Selain itu, para petani diajak berdiskusi dari segi budidaya padi organik dan belajar pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, hasil budidaya, keberadaan OPT dan musuh alami terhadap kondisi iklim.
Pada hari kedua, Salah satu kegiatan utama pada pertemuan pertama ini adalah pemupukan dasar. Para petani secara langsung mempraktikkan penggunaan pupuk kandang sapi hasil fermentasi dari KWT Lestari Alam. Dosis pupuk organik yang digunakan sebanyak 2 ton per hektar, sehingga pada kegiatan demplot sekolah lapang dengan luas 3000m2 menggunakan pupuk sebanyak 600 kg dan diaplikasikan secara merata di lahan demplot, baik untuk perlakuan organik maupun berkelanjutan. Penggunaan pupuk kandang fermentasi ini menjadi bukti komitmen SLI terhadap praktik pertanian yang ramah lingkungan. Kegiatan dilanjutkan dengan penanaman padi yang dilakukan oleh anggota KWT Lestari Alam dengan bantuan dari anggota kelompok tani lain dan para petani muda. Teknik penanaman yang digunakan disesuaikan dengan kesepakatan hari pertama untuk lahan organik, menunjukkan fleksibilitas dan adaptasi terhadap berbagai metode budidaya. Teknik penanamannya pun menggunakan jajar legowo yang merupakan teknik budidaya dengan memberikan jalur panjang yang diberi jarak lebih bagi petani untuk melakukan pemeliharaan tanpa terlalu mengganggu tanaman. Iklim mikro antar tanaman membaik dan jumlah tanaman bertambah. Oleh karena itu, menggunakan sistem legowo untuk menanam padi, berpeluang mencapai produktivitas yang lebih tinggi untuk petani padi di Wonogiri.

Sebelumnya, pada tanggal 8 Maret 2025, telah dilakukan pengambilan sampel tanah untuk Uji PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah). Hasil uji yang disampaikan pada pertemuan ini menunjukkan kabar baik. Sampel tanah dari lahan organik dan berkelanjutan memiliki kandungan unsur hara makro (N, P, K) yang tinggi hingga sangat tinggi. Selain itu, tingkat keasaman (pH) tanah juga berada pada kondisi yang baik, yaitu agak asam hingga netral. Hasil ini mengindikasikan potensi lahan yang sangat baik untuk pengembangan budidaya padi berkelanjutan di wilayah ini. Seluruh rangkaian kegiatan pada pertemuan pertama SLI ini didokumentasikan dengan baik melalui foto dan video. Dokumentasi ini tidak hanya menjadi catatan kegiatan, tetapi juga berfungsi sebagai bahan pembelajaran yang dapat diakses kembali oleh para peserta dan pihak terkait lainnya.
Pelaksanaan Sekolah Lapang Iklim Budidaya Padi Berkelanjutan di Wonogiri ini menjadi angin segar bagi upaya peningkatan produktivitas pertanian sekaligus pelestarian lingkungan. Dengan semangat kebersamaan dan pengetahuan yang terus bertambah, diharapkan para petani di Wonogiri mampu beradaptasi dengan perubahan iklim dan mewujudkan pertanian yang lebih maju dan berkelanjutan. Kegiatan SLI ini akan terus berlanjut dengan berbagai materi dan praktik menarik lainnya, membekali petani dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk masa depan pertanian yang lebih cerah.