Gita Pertiwi Dorong Kandang Maggot Jogja Sebagai Taman Belajar Sirkular Ekonomi dari Pemanfaatan Sampah Oarganik untuk Ternak Maggot
Yogyakarta, Mei 2024 – Kandang Maggot Jogja (KMJ) merupakan salah satu peternak maggot terintegrasi dengan memanfaatkan sampah organik dapur dari masyarakat sekitar. Gita Pertiwi melihat kegiatan usaha ternak maggot di daerah perkotaan ini memiliki peluang yang menjanjikan tidak hanya dari sisi ekonomi tetapi juga sosial-budaya, pendidikan, dan lingkungan. Sehingga cocok sekali apabila KMJ selain berorientasi pada peternakan tetapi juga sebagai wahana pembelajaran bagi komunitas, lembaga, maupun pribadi lainnya. Dengan begitu edukasi kepada masyarakat dalam upaya penanganan sampah food loss waste daerah perkotaan (Kota Yogyakarta) dapat diminimalisir lagi.
Potensi yang besar tersebut di lirik oleh Gita Pertiwi dengan memberikan pendampingan sebagai langkah praktik baik. Titik Eka Sasanti menjelaskan bahwa KMJ sebagai pusat belajar ini harus kita dorong sebagai praktik baik di masyarakat.
“Sumber daya manusia harus kita siapkan dulu melalui pendampingan dan pembinaan agar tertata dan siap secara manajemen usaha selain ternak tetapi juga pusat belajar. Karena nanti ketika sudah berjalan pemasukan tidak hanya dari maggot tetapi pelatihan dari pusat belajarnya.” Jelas Titik saat berdiskusi di kantor Gita Pertiwi. Titik menambahkan Gita Pertiwi tidak hanya dari sisi pendampingan tetapi juga bantuan pengembangan sarana tempat belajar sirkulariti pemanfaatan sampah organik untuk ternak maggot.
![](https://gitapertiwi.org/wp-content/uploads/2024/06/MVI_0242_out0003-1-1024x576.jpg)
Maggot sendiri merupakan larva dari Black Soldier Fly (BSF) yang memanfaatkan sampah organik sebagai makanan mereka. KMJ sendiri mengambil pakan tersebut dari sisa pangan berlebih rumah tangga masyarakat sekitar, sampah hotel, resto, rumah sakit, dan beberapa distributor pangan.
Adanya KMJ menyumbang pengelolaan sampah pangan dari kota Yogyakarta yang perharinya untuk satu orang menyumbang 0.51kilogram sampah pangan (DLH Yogyakarta, 2021). Selama satu tahun KMJ dapat mengelola sampah sebanyak 39ton sampah pangan. Dalam sehari pun KMJ dapat mengelola lebih dari 150 kg sampah pangan untuk pakan maggot kata Marwan salah seorang pengurus KMJ.
“Manggot dalam satu siklus (16 hari) itu butuhn 4 kali makan dan sekali makan itu bisa 20-25 kg sampah pangan.” Jelas Marwan saat ditemui di KMJ.
Hasil dari maggot pun bisa didgunakan sebagai alternatif untuk pakan ternak yang memiliki protein tinggi. Selain itu kasgot yang dihasilkan dapat dijagikan pupuk lagi untuk tanaman sehingga dapat mengurangi penggunaan bahan kimia. Marwan mengungkapkan permintaan maggot sekarang tambah tinggi dari para peternak dan juga dari pemancing.
“Permintaan maggot sekarang berlebih bahkan kadang sampai kami tolak-tolak karena stok yang tidak ada. Soalnya kami satu siklus itu produksi maggot hanya 20 kiloan dan kami ada 33 biopon padahal permintaan lebih dari itu.” Jelas Marwan.
Produksi 1,2ton maggot dalam satu bulan ternyata belum bisa memenuhi permintaan pasar yang semakin meninggi, disisi lain harga maggot yang mencapai 10 ribu perkilo menambah semangat penggiat maggot ini. Sehingga potensi pengembangan usaha maggot ini sangat potensial dilihat dari segi ekonomi pengelolaan lingukungan, sosial-budaya, dan edukasi tentang sampah. Oleh karena itu, Gita Pertiwi mendorong dengan fasilitasi KMJ menjadi pusat belajar pengelolaan maggot di Kota Yogyakarta.
Gita Pertiwi juga membina KMJ selain dari sisi manajemen usaha juga konsep usaha yang akan dilakukan. Karena melihat potensi sirkulariti ekonomi dari ternak maggot yang besar Gita Pertiwi mendorong KMJ untuk memanfaatkan lokasinya untuk ternak ikan. Selain itu, kasgot juga dapat dimanfaatkan untuk pupuk pertanian memiliki peluang besar untuk budidaya tanaman di perkotaan. Tidak hanya untuk sumber pemasukan Gita Pertiwi juga merancang guna mendukung potensi sebagai pusat belajar bagi masyarakat Yogyakarta. Peluang lain juga dengan menggandeng kelompok-kelompok tani di daerah Yogyakarta untuk menjadi mitra KMJ terus dilakukan oleh Gita Pertiwi. Hal tersebut bertujuan memaksimalkan edukasi terhadap masyarakat Yogyakarta untuk pengelolaan sampah berkelanjutan. Kelompok tani ini menjadi keberlanjutan dari hasil kasgot yang sangat cocok untuk budidaya tanaman dengan takaran tertentu. Hal tersebut akan menjadi daya tarik masyarakat untuk belajar sirkulariti sampah organik di daerah perkotaan.