Gita Pertiwi Ajak Guru Sekolah dan Dinas di Kota Surakarta Studi Banding Implementasi Sekolah Ekologis di Ecoton Kabupaten Gresik

Gita Pertiwi gelar kegiatan studi banding dalam rangka mengimplementasikan program sekolah ekologis di Ecoton. Kegiatan ini diikuti oleh guru tim Adiwiyata dari SMP N 9 Surakarta, SMP N 3 Colomadu, SMP N 3 Surakarta, SDN Cemara Dua Surakarta, MIM 1 PK Sukoharjo, SDN Sampangan 22 Surakarta, SMP N 2 Juwiring, tim UKS/M, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada 29 Oktober 2024 yang bertempat di Ecoton dan SD Muhammadiyah 1 Wringinanom Kabupaten Gresik.

Studi banding ini dilakukan Gita Pertiwi dengan tujuan untuk memberikan wawasan dan pengalaman langsung kepada para peserta mengenai praktik-praktik ramah lingkungan dan pengelolaan ekosistem. Selama kegiatan, peserta diajak untuk belajar dan mengeksplorasi berbagai aspek penting terkait lingkungan terutama untuk melihat dampak penggunaan mikroplastik yang sudah tersebar di berbagai kawasan serperti air, jajanan, bahkan hingga pada tanaman dan hewan.

Salah satu acara pokok dalam kegiatan ini adalah praktik biotilik, di mana peserta belajar mengenai metode pemantauan kualitas air secara biologis. Mereka juga berkesempatan untuk melihat langsung kualitas air yang sudah tercemar mikroplastik dan memberikan gambaran nyata tentang dampak polusi plastik.

Kegiatan juga mencakup melakukan pengamatan mikroplastik di laboratorium, serta memberikan pemahaman lebih mendalam tentang bahaya mikroplastik bagi lingkungan dan kesehatan. Para peserta dapat melihat secara langsung bagaimana partikel plastik mikroskopis ini dapat mencemari air dan berpotensi masuk ke dalam rantai makanan. Dalam menanggapi hal ini, Tim UKS/M Surakarta menyebutkan bahwa kantin-kantin yang berada di Kota Surakarta harus lebih diperhatikan, karena penggunaan plastik pada jajanan sekolah dapat berkontribusi menambah pencemaran mikroplastik.

“Kalau mau menuju zero plastic juga harus diajari how to be hygine, agar menciptakan kantin dan kebiasaan yang sehat. Dari studi banding ini sangat menginspirasi untuk diterapkan pada sekolah-sekolah di Kota Surakarta,” jelas Ana dari Tim UKS/M Surakarta.

Selain itu, peserta studi banding juga diajak berkunjung ke SD Muhammadiyah 1 Wringinanom, di sana peserta menyaksikan langsung penerapan konsep sekolah ekologis dan berdiskusi satu sama lain mengenai keadaan yang ada di sekolah masing-masing. Hal ini memberikan inspirasi dan contoh konkret bagaimana sekolah dapat mengintegrasikan prinsip-prinsip ramah lingkungan dalam kegiatan sehari-hari.

“Acara ini seru dan sangat menginspirasi. Kalau di sekolah itu PR-nya memang di kantin. Untuk menuju sekolah zero waste harus punya usaha yg besar dan harus merangkul orang tua dan kantin. Terutama dalam menangani sampah sachet, karena kalo diganti ke gelas nanti disangka ribet. Studi banding ini bisa jadi edukasi dan motivasi ke sekolah-sekolah untuk mencapai Adiwiyata,” ujar Yayas dari DLH Kota Surakarta.

Kegiatan studi banding ini juga dapat menginspirasi dengan adanya replikasi di Kota Surakarta. Seperti yang diungkapkan oleh perwakilan Dinas Pendidikan Kota Surakarta, yang akan menyiapkan regulasi untuk meningkatkan penerapan zero waste di sekolah-sekolah.

“Karena studi banding ini, ini sangat menginsipirasi ya untuk diterapkan di Kota Surakarta. Mungkin dari Disdik juga akan mulai merencanakan beberapa regulasi untuk membantu teman-teman di sekolah terkait zero waste. Terutama kawasan tanpa rokok juga harus diperhatikan. Dengan bekerja sama dengan beberapa pihak, seperti Gita Pertiwi mungkin bisa kami inisiasi zero waste di sekolah,” jelas Tarmo dari Dinas Pendidikan Kota Surakarta.

Melalui kegiatan ini, Gita Pertiwi berharap dapat meningkatkan kesadaran dan komitmen para pemangku kepentingan, terutama dari sektor pendidikan dan pemerintahan dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan sekolah ramah anak dengan terciptanya lingkungan yang sehat dan berkelanjutan di Kota Surakarta. Studi banding ini juga diharapkan dapat menjadi katalis bagi implementasi program sekolah ekologis yang lebih luas di wilayah tersebut.

Share: