Aplikasi Pupuk Organik Sludge Nyata Meningkatkan Produksi Padi Srinuk

Sanggrahan, Klaten – Forum petani tingkat Desa Sanggrahan baru-baru ini menggelar diskusi menarik mengenai hasil ubinan (pengukuran hasil panen) padi Srinuk yang ditanam di lahan demplot. Pertemuan yang diadakan pada Rabu, 18 Desember 2024, di Joglo Sadranan ini dihadiri oleh petani, perwakilan pemerintah desa, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), dan anggota Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani). Diskusi ini menjadi bukti nyata ketertarikan petani lokal terhadap praktik pertanian yang lebih berkelanjutan, termasuk pertanian regeneratif. Salah satu agenda utama dalam forum ini adalah pembahasan hasil ubinan padi Srinuk yang telah dilaksanakan pada Selasa, 10 Desember 2024, di lahan milik petani bernama Pak Sadeni dan Pak Sudiman. Dalam kegiatan ubinan tersebut petani telah menerapkan budidaya sehat dengan menambahkan material organik seperti POC dan pupuk organik sludge yang telah di produksi Gapoktan Rejeki Subur Alamai yang didampingi oleh Gita Pertiwi. Menariknya, dalam uji coba penanaman ini, diterapkan beberapa perlakuan yang berbeda, termasuk penggunaan pupuk organik.

Uji coba demplot padi Srinuk ini dirancang untuk membandingkan efektivitas tiga perlakuan yang berbeda terhadap hasil panen dan kesehatan tanaman.

Gambar Desain Demplot Pemupukan Sludge

Lahan demplot dibagi menjadi beberapa petak untuk setiap perlakuan yang dilakukan di lahan petani. Petak yang digunakan adalah lahan sawah adalah lahan petani yang menjadi dampingan Gita Pertiwi yaitu Pak Sadeni dan Pak Sudiman. Dari pengamatan yang dilakukan selama uji coba ini menghasilkan panen yang berbeda.

Gambar Hasil Ubinan Uji Coba Demplot Padi Srinuk
Sumber: Gita Pertiwi

Berdasarkan data yang diperoleh, lahan Pak Sadeni seluas 700 m² menunjukkan hasil yang menggembirakan. Perlakuan pertama menggunakan pupuk organik sludge dan POC (Pupuk Organik Cair) generatif, menghasilkan produktivitas 9,76 ton/ha. Perlakuan kedua dengan pupuk nutrizim dan POC rajabio mencatatkan hasil 9,68 ton/ha. Sementara itu, perlakuan ketiga yang menggunakan pupuk kimia (konvensional) menghasilkan 9,28 ton/ha.

Hasil serupa juga terlihat di lahan Pak Sudiman seluas 2500 m². Perlakuan pertama dengan pupuk organik sludge dan POC generatif menghasilkan 8,64 ton/ha, perlakuan kedua dengan pupuk nutrizim dan POC rajabio mencapai 8,96 ton/ha, dan perlakuan konvensional hanya 6,08 ton/ha.

Dari hasil ubinan padi srinuk tersebut dapat dilihat bagaimana keuntungan dari penggunaan bahan organik seperti POC dan pupuk organik slude dapat meningkatkan produktivitas panen padi. Selain itu, penggunaan bahan organik dalam budidaya meningkatkan kualitas tanah dan lingkungan yang lebih baik dan berkelanjutan. Sejalan dengan pendapat Kementerian Pertanian Indonesia, menggunakan sistem pertanian organik selain lebih sehat karena bebas dari bahan kimia, tentu juga dilatarbelakangi nilai ekonomi dan keuntungan yang lebih besar pada lingkungan sekitar lahan budidaya.

Gambar Pengamatan Budidaya Padi Srinuk di Desa Sanggrahan
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Data ini secara tidak langsung memberikan gambaran positif mengenai potensi penggunaan pupuk organik dalam meningkatkan hasil panen, yang merupakan salah satu prinsip utama dalam pertanian regeneratif. Pertanian regeneratif tidak hanya fokus pada hasil panen, tetapi juga pada peningkatan kesehatan tanah, keanekaragaman hayati, dan siklus air. Penggunaan pupuk organik seperti sludge dan POC adalah langkah penting dalam mewujudkan tujuan tersebut.

Dalam forum tersebut, juga dibahas mengenai analisis usaha tani. Di lahan Pak Sadeni, dengan total biaya produksi Rp. 3.680.000, petani mampu memperoleh pendapatan Rp. 8.540.000 dan keuntungan sebesar Rp. 4.860.000. Sementara itu, Pak Sudiman dengan biaya produksi Rp. 2.512.500 berhasil meraih pendapatan Rp. 9.302.500 dan keuntungan Rp. 6.790.000. Dengan harga penjualan padi srinuk pada angka Rp. 6.100/kg. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Ibu Ita, juga menyampaikan penjelasan mengenai kuisioner yang diberikan kepada kelompok tani (poktan) dan gabungan kelompok tani (gapoktan). Kuisioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi fungsi dan manfaat gapoktan sebagai wadah penting yang menghubungkan petani dengan pemerintah dan sektor swasta, dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan sektor pertanian secara keseluruhan.

Gambar Proses Ubinan Padi Srinuk Desa Sanggrahan
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Lebih lanjut, Pak Sudjud memberikan saran agar ubinan demplot Srinuk berikutnya dianalisis lebih mendalam hingga menghasilkan data rendemen beras. Hal ini penting untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai kualitas hasil panen.

Pak Wahyu juga menyampaikan informasi mengenai pengajuan subsidi pupuk sludge yang diproduksi oleh gapoktan. Sementara itu, penggunaan dana desa untuk ketahanan pangan saat ini difokuskan pada program makan bergizi gratis dan harapannya juga dapat memberikan bantuan kepada gapoktan dalam menyediakan pupuk organik .

Sebagai tindak lanjut, direncanakan akan dilakukan ubinan di lahan demplot Srinuk milik petani lainnya. Hal ini menunjukkan komitmen petani Sanggrahan untuk terus mengembangkan praktik pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan. Diskusi di Desa Sanggrahan dengan para pemangku kepentingan ini menjadi contoh bagaimana petani di tingkat desa mulai terbuka dan mengadopsi prinsip-prinsip pertanian regeneratif. Dengan hasil ubinan yang menjanjikan dari penggunaan pupuk organik, diharapkan semakin banyak petani yang terinspirasi untuk beralih ke praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan demi masa depan pertanian Indonesia yang lebih sehat.