Antimainstream!!! Kelompok Wanita Tani Dahlia Pamerkan Ulat Jerman Sebagai Cemilan Sehat Berprotein Tinggi
Gita Pertiwi – Kelompok Wanita Tani Dahlia adalah salah satu binaan Gita Pertiwi yang memiliki beberapa produk olahan hasil kebun sendiri seperti sayuran, jahe merah, dan yang paling unik adalah ulat jerman crispy. Dalam kegiatan expo UMKM di The Park Mall pada tanggal 30 Mei hingga 3 Juni 2024 tersebut KWT Dahlia dibawah naungan Pareso memamerkan cemilan antimainstream nya yaitu ulat jerman crispy. Cemilan tersebut menjadi daya tarik masyarakat karena selain tidak biasa ulat jerman juga kaya akan protein.
Ulat jerman yang secara ilmiah dikenal sebagai larva kumbang Zophobas morio semakin populer di kalangan peternak dan penghobi di Indonesia. Larva yang juga dikenal dengan sebutan cacing super ini banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena kandungan protein dan lemaknya yang tinggi serta berbagai vitamin dan mineral yang bermanfaat.
Berasal dari benua Amerika, ulat ini berpotensi menguraikan sampah organik dan plastik sehingga menambah nilai tambah dalam budidaya ini. Menumbuhkan ulat Jerman relatif mudah dan hanya membutuhkan lingkungan yang hangat dan kering serta banyak bahan organik untuk dimakan, seperti dedak dan daun sukulen. Selain cara budidayanya yang sederhana, ulat jerman juga diminati oleh para petani ikan khususnya para petani ikan.
Tapi apakah kalian pernah mencoba produk makanan dari ulat jerman ini? Ya Kelompok Wanita Tani Dahlia yang berada di Kota Solo ini memiliki produk cemilan antimainstream dari ulat jerman. Salah satu binaan Gita Pertiwi tersebut memproduksi ulat jerman crispy. Olahan unik tersebut mudah dibuat dengan rasa yang super lezat karena dimasak dengan beberapa rempah seperti jahe dan daun jeruk. “Rasanya enak karena sudah dimasak dengan jahe dan daun jeruk jadi tidak terlalu ditambah bubuk cabe sehingga ada sensasi pedas dan gurih asin begitu.” Ujar Mamik salah satu pengurus KWT Dahlia yang mengawali ide usaha ulat jerman crispy.
Mamik juga menerangkan kalau ulat jerman memiliki gizi tinggi dengan kadar protein yang banyak dan bagus untuk dikonsumsi. Walaupun memang masyarakat belum familiar dengan produk ini tetapi ada beberapa pecinta ulat jerman crispy ini. Sehingga apabila ingin membeli produk unik ini memang harus pesan terlebih dahulu.
“Saat ini pasarnya memang belum banyak tetapi ada beberapa orang itu pesen untuk beli yaa 2 toples kadang juga 1 toples gitu, jadi saya buat kalau ada pesenan saja.” Jelas Mamik.
Seperti yang sudah diterangkan oleh Mamik bahwa produknya ini sudah beberapa kali dibawa untuk pameran makanan bergengsi di Solo. Seperti di Hotel Alila saat Dekranas, pameran makanan di The Park Mall Solo Baru dan pameran di Balaikota Surakarta beberapa waktu lalu. Uniknya pengunjung memiliki respon yang baik untuk produk tersebut dan beberapa mengatakan bahwa cemilan tidak biasa ini memiliki rasa yang enak.
Awal mulanya Mamik juga geli untuk budidaya ulat jerman, tetapi dengan semangat yang tinggi dan motivasi untuk mengurai sampah sayuran sampai saat ini dia berhasil memiliki 20 binaan peternak ulat jerman. Tidak hanya dioleh untuk cemilan, tetapi ulat jerman tersebut banyak digunakan untuk pakan ternak dan para pemancing ikan.
“saya dulu sempat mau nyerah mas karena takut tapi saya berfikir lagi kalau ternak ulat jerman yang makannya sayuran ini dapat mengurangi sampah organik.” Jelas Mamik sambil tertawa
Baginya yang terpenting adalah bagaimana sisa sayur yang masih layak dapat dimanfaatkan kembali sehingga tidak menimbulkan penumpukan. Mamik biasa mengambil sayur untuk pakan ulat jerman di pasar legi setiap 3 hari sekali. Dia bercerita bahwa sayur tersebut dia dapatkan dari sisa jualan pedagang sayur. Menurutnya dengan cara tersebut dapat mengurangi jumlah sampah organik di TPA. “Saya untuk sayur biasa ambil sisa dari pedagang sayur yang sudah layu maupun yang tidak lolos QC yang penting jangan yang busuk saja. Karena ulat jerman ini memiliki konsumsi makanan sayur sisa sebanyak 2-3 kilogram.” Jelas Mamik.
Dalam ekosistem alam, ulat Jerman juga berperan penting dalam mengurai bahan organik mati dan membantu siklus nutrisi dalam tanah. Mamik juga sering menggunakan bekas/kotoran ulat jerman ini untuk pupuk tanaman karena memiliki kandungan organik yang tinggi. Beberapa kali dia coba untuk tanaman sayur dan buah yang ada di kebun KWT Dahlia.
“Kotorannya juga memiliki banyak kandungan bahan organik jadi saya pakai untuk mupuk tanaman seperti cabe, terong, kemari ada tanaman buah juga itu tanamannya langsung subur ijo-ijo rembuyung.” Jelasnya.
Usaha yang sudah dimulai sejak tahun 2023 ini membawa keuntungan kepada Mamik dan kelompok KWT Dahlia. Dalam satu bulan Mamik dapat menghasilkan 64 kilo ulat jerman belum lagi tambahan dari binaannya. Harga perkilonya mencapai 85 ribu hingga 100 ribu rupiah. Kedepan perempuan dengan penuh kreasi ini ingin mengembangkan ulat jerman tersebut tidak hanya sebagai cemilan tetapi juga mengolah untuk campuran roti kering sehingga dapat diterima oleh masyarakat lebih baik lagi.