Gita Pertiwi in Action: Ajak Generasi Muda Untuk Cinta Lingkungan Melalui Sekolah Ekologis
Plastik saat ini masih menjadi kegemaran masyarakat sebagai kemasan makanan dan pembungkus barang. Harganya yang terjangkau dan ringan untuk dibawa kemana-mana menjadi alasan kuat plastik masih menjadi pilihan utama masyarakat. Padahal unsur plastik yang susah terurai tersebut memiliki dampak negatif yang berkepanjangan bagi lingkungan. Bahkan 1 bungkus plastik dengan bahan dasar polystyrene butuh waktu hingga 450 tahun hanya untuk terurai menjadi mikroplastik saja.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, mikroplastik merupakan potongan plastik berukuran 5 mm yang dapat mengganggu kesehatan organ tubuh manusia. Produksi plastik yang kian tinggi mengakibatkan kemungkinan pencemaran mikroplastik dalam tubuh semakin besar juga. Mikroplastik yang berukuran kecil ini dapat masuk kedalam tubuh melalui kontaminasi dari makanan atau dalam tubuh hewan yang sulit terurai.
Resiko dari paparan mikroplastik bagi tubuh mulai dari iritasi kulit, gangguan pernafasan, kerusakan hati dan ginjal, gangguan hormon, gangguan fungsi otak, hingga kematian bagi manusia. Ancaman mikroplastik terhadap kesehatan bagi generasi penerus bangsa terlihat jelas apabila tidak segera ditangani lebih lanjut.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Gita Pertiwi dengan Ikoton dimana mikroplastik ini dapat masuk kedalam organ-organ tubuh hingga ke fases kita pun mengandungnya. “Hasil riset kita dengan Ikoton menunjukan mikroplastik di ikan dan olahannya. Jadi ternyata fases kita mengandung mikroplastik seperti itu dan cukup banyak begitu. Resikonya dari penelitian itu meningkatkan karsinogenik yang cukup besar.” Ungkap Itsna selaku tim program Gita Pertiwi saat diskusi bersama sekolah.
Terlebih lagi banyak jajanan yang saat ini diselimuti oleh bahan-bahan dari plastik yang pasti sudah tercemar oleh mirkoplastik. Penelitian yang telah dilakukan oleh Gita Pertiwi di kantin SMP 9 Surakarta menemukan setidaknya terdapat mikroplastik berukuran 47-465µm yang menempel dan tersebar di tiga titik makanan risol yang dikonsumsi anak setiap hari. Belum lagi jajanan lain yang dikonsumsi siswa dengan kemasan plastik sekali pakai.
Tidak tinggal diam setelah mengetahui bahaya paparan mikroplastik bagi generasi muda Gita Pertiwi mengusung program sekolah ekologis. Sekolah ekologis yang digarap Gita Pertiwi ini mengelaborasi bersama siswa, guru, dan komite sekolah dengan visi untuk merubah kebiasaan warga sekolah yang cinta lingkungan dan peduli terhadap keamanan jajanan. Siswa dirasa tepat untuk menjadi sasaran karena adopsinya yang cepat dan kaingin tauan yang tinggi.
“Sekolah menjadi salah satu sasaran karena anak-anak akan mengadopsi dari sekolah ke rumah sehingga bisa dibentuk karekternya dari sekolah hingga dirumah. Bisa juga menjadi anjuran ke orang tua begitu.” Tutur nya.
Sekolah ekologis menjadi program yang diusung Gita Pertiwi di beberapa sekolah di Kota Solo untuk mengentaskan permasalan tersebut. Saat ini sekolah yang sudah menandatangani MoU dengan Gita Pertiwi untuk pendapingan sekolah ekologis yaitu MI Muhammadiyah 1 Program Khusus Sukoharjo, SD Cemara Dua Surakarta, dan SMP Negeri 9 Surakarta.
Setiap sekolah membentuk green team perwakilan guru dan siswa yang terjun langsung dengan melakukan edukasi ke warga sekolah. Selain itu, green team bersasma Gita Pertiwi mengajak para siswa untuk memilah sampah.
Ibu Santi selaku guru MI Muhammadiyah 1 Program Khusus menyambut baik kehadiran Gita Pertiwi dengan program sekolah ekologis. bahwa dengan program Sekolah Ekologisbeliau menjadi lebih berani memengaruhi teman-teman guru dan siswa didiknya untuk selalu mengurangi dan memilah sampah yang mereka hasilkan disekolah.
“Pelajaran yang dapat diambil adalah bagaimana kita dapat menjadi penyambung suara untuk kerusakan alam akibat sampah dengan sederhana bisa dilakukan oleh anak-anak dari sekolah.” Ungkapnya.
Melalui sekolah ekologis mereka berhasil mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan meningkatkan jaminan mutu makanan untuk anak sehingga lingkungan sekolah lebih sehat. “Saya seneng banget sih mbak diajak Gita Pertiwi, saya jadi sadar kalo mengurangi sampah tuh susah bgt memang ya apalagi buat anak-anak ya mbak. Kita jadi paham mengapa kita penting mengelola sampah kayak memilah sampah, menggunakan tumblr, ga buang sembarangan, mengatur kantin biar ga pake plastik. Ternyata dampaknya besar buat sekolah kami dan kami ingin kegiatan ini terus berlanjut ya mbak. Kita belajar sambil berusaha agar lingkungan sekolah lestari.” Ungkap Ani sebagai green team dan Guru SMP Negeri 9 Surakarta.
Program sekolah ekologis yang didampingi oleh Gita Pertiwi memberikan dampak yang signifikan bagi warga sekolah. Mulai dari murid, guru, karyawan, dan komite sekolah dapat teredukasi untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan meningkatkan kebersihan lingkungan sekolah.
“Setelah adanya kegiatan kemarin yang pilah pilah sampah dengan mbak, aku jadi tau biar sampahnya ga numpuk aku harus bawa wadah makan dan minum buat jajan ke kantin atau bawa dari luar. Terus kita juga yang awalnya jijik sama sampah jadi biasa untuk mengelola sampah karena sampah kan dari kita.” Tutur Icha salah satu siswa SMP Negeri 9 Surakarta.
Kerjasama yang baik antara siswa, guru, komite sekolah, dan karyawan program sekolah ekologis di sekolah-sekolah tersebut tidak hanya mengedukasi, tetapi juga menyelamatkan lingkungan dan kesehatan warga sekolah. “Dengan adanya program Zero Waste School, menurut kami memberikan angin segar yang memberikan harapan kepada kami untuk slalu memahami dan melakukan pengelolaan sampah di sekolah. Kami juga berharap agar program ini terus berjalan konsisten supaya pengelolaan sampah selalu dilakukan disekolah kami.” Ungkap Eni salah satu guru di SD Negeri Cemara Dua.