Datangkan Narasumber Dari Peru Dalam Workshop Bisnis Yayasan Gita Pertiwi Dorong Pemahaman Masyarakat Terhadap Bisnis Inklusif

Kamis, 18 April 2024; Solo – Dorong peningkatan kapasitas SDM pertanian dalam dunia bisnis, Yayasan Gita Pertiwi berkolaborasi dengan Rikolto membekali pelaku bisnis inklusif melalui kegiatan pelatihan bisnis model canvas. Pelatihan yang digelar diikuti oleh pelaku bisnis inklusif binaan Yayasan Gita Pertiwi yaitu Ibu Kamti dari KWT Ngudi Makmur, Pak Basuki dari Bank Sampah Gajah Putih, dan Pak Moelad dari Kelompok Lembah Manah. Vanesa sebagai narasumber dari pelatihan ini didatangkan langsung dari negara Peru melalui kolaborasi dengan Rikolto. Pelatihan yang dilakukan di kantor Gita Pertiwi ini dilakukan dengan beberapa sesi diskusi bertema model bisnis inklusif.

“Pemahaman bisnis inklusif sangat penting untuk dipahami pelaku usaha yang memang selinier dengan aktivitas sosial. Selain bisnis harus memiliki profit, tetapi juga bisnis memiliki dam nyata kepada orang-orang sekitar.” Jelas vanesa.

Melalui metode pembelajaran yang seru dan diskusi interaktif suasana pelatihan lebih hidup antara peserta dengan narasumber sehingga materi yang disampaikan dapat ditangkap dengan baik. Tak hanya itu, peserta juga diajak menyelami pengalaman-pengalaman bisnis peserta lain sehingga mereka saling sharing pahit manisnya menjadi pelaku bisnis inklusif.

Selayang Pandang Bisnis Inkklusif

Materi awal dibuka dengan memberikan gambaran kepada peserta tentang bisnis inklusif kepada peserta pelatihan. Walaupun peserta pelatihan meruan pelaku bisnis tetapi dengan pemberian materi ini dapat menguatkan pemahaman peserta praktik bisnis inklusif dan beberapa contoh praktik bisnisnya di Negara Peru. Pada sesi ini peserta pelatihan juga mendapatkan kesempatan memamerkan kegiatan bisnisnya dan vanesa selaku narasumber memberikan masukan-masukan kepada para pelaku bisnis tersebut.

“Materi-materi seperti bisnis ini penting untuk memberi dorongan ke teman-teman agar dapat menjalankan bisnis dengan baik.” Ujar Basuki sebagai salah satu peserta workshop. Basuki sendiri memiliki bisnis magot yang sudah dijalani pasca covid-19 dengan memanfaatkan sisa sampah pangan untuk pertumbuhan magot. Beliau mengaku dengan workshop seperti ini menambah pengetahuannya tentang menjalankan bisnis inklusi yang lebih terukur.

Dasar-dasar materi bisnis baru juga didapatkan oleh peserta pelatihan untuk menambah pengetahuan tentang praktik bisnis yang mereka jalani. Terlebih lagi pemberian contoh di Negara Peru yang sebidang dengan bisnis para peserta membawa pandangan baru sebagai pengembangan usaha. Beberapa bisnis dari peserta tersebut seperti agribisnis tanaman sayur, peternakan maggot, dan agribisnis tanaman buah-buahan.

Pengenalan The Value Propotition Canvas

Setelah pemberian materi dasar tentang para peserta diajak untuk memahami value propotition canvas. Value propotition canvas ini meruan alat untuk memetakan model bisnis para peserta pelatihan agar dapat sejalan dengan kebutuhan pasar. Pemberian materi ini mengisi pengetahuan baru bagi para peserta yang sebelumnya tidak mengenal value propotition canvas yang ternyata penting dalam aktivitas bisnis inklusif. Peserta lebih mudah memetakan kebutuhan konsumen dari bisnis mereka dari yang sebelumnya hanya sebatas berjualan, tetapi dengan materi ini peserta lebih yakin untuk melirik pasar baru yang lebih luas. Tidak hanya itu, para peserta juga mengulik pengetahuan dari bisnis inklusif yang dilakukan di Negara Peru yang bisa meraup untung hingga 2 miliar pertahuannya.

“Komitmen yang kuat, pemimpin yang loyal dan perencanaan bisnis yang matang menjadi kekuatan untuk melanjutkan setiap aktivitas bisnis yang dilakukan bersama-sama” ujar Vanesa sebagai narasumber dari Peru. Vanesa juga melanjutkan bahkan pada awal pembangunan pemilik bisnis rela tidak menerima upah agar bisnis dapat berjalan.

Menyusun Bisnis Model Canvas

Pembekalan terakhir yang diberikan kepada peserta dengan praktik menyusun bisnis model canvas terhadap produk-produk peserta pelatihan. Bisnis model canvas ini meruan lanjutan dari value propotition canvas yang lebih detail dan kopleks dalam memetakan produk para peserta pelatihan. Melalui penyusunan bisnis model canvas para peserta lebih mudah untuk menentukan langkah pengembangan usaha mereka. Seperti Basuki yang memiliki bisnis maggot yang telah memetakan target pasar, kebutuhan konsumen, pengembangan produk, dan manajemen keuangan pada bisnisnya sehingga menambah ilmu baru.

“Walaupun beberapa kali sudah mengikuti tema pelatihan bisnis seperti ini tetapi saya tetap ikut karena memang harus terus diasah pengetahuannya tentang bisnis saya yang semakin berkembang juga.” Jelas Basuki.

Melalui workshop pelatihan bisnis inklusif ini dapat menambah kompetensi peserta dalam berbisnis. Ilmu-ilmu baru yang didapatkan menjadi kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan bisnis kearah yang lebih maju. Menurut Basuki banyak manfaat yang didapatkan dari workshop kali ini dalam pengembangan bisnisnya. Tidak sekedar materi saja tetapi lebih dari itu beliau mendapatkan pengalaman baru dari bisnis peserta lain dan manambah jejaring relasi untuk bisnisnya. Kedepan harapannya para peserta dapat mengimplementasikan pengetahuan yang sudah didapatkan kepada anggota kelompoknya masing-masing. Selain itu, peserta diharapkan menyebarluaskan ilmu berharga ini untuk para pelaku bisnis inklusif lainnya.

Share: