Anak Muda Solo Belajar Pertanian Organik di KWT Ngudi Makmur
SOLO—Sekitar 20 anak muda di Kota Solo mempelajari pertanian organik bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Makmur, Kelurahan Joglo, Banjarsari, Solo, akhir Juli 2023 lalu. Di lahan pertanian Ngudi Makmur di RW 005 Joglo, para pemuda belajar membuat pestisida nabati, pengolahan sampah rumah tangga hingga membuat pupuk dari kasgot (bekas maggot).
Kegiatan itu merupakan bagian program “Toxic Free for Teenager” yang digelar Yayasan Gita Pertiwi. Kunjungan lapangan diikuti pemuda dari SMPN 3 Solo, SMPN 9 Solo, mahasiswa Fakutas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dan Forum Anak Surakarta (FAS). Kegiatan edukasi didampingi Ketua KWT Ngudi Makmur, Margareta Pety Aryani dan sejumlah anggota KWT. Saat diwawancarai usai kegiatan, Pety mengaku antusias berbagi ilmu pertanian organik dengan generasi muda. Menurut Pety, anak-anak muda, khususnya di Solo, perlu mulai mengetahui langkah bertani secara organik dari hal sederhana. “Dengan begitu harapannya ke depan mereka bisa tertarik mengembangkan pertanian perkotaan secara berkelanjutan,” ujar Pety.

Dalam kesempatan kemarin, KWT Ngudi Makmur mengajak mereka membuat pestisida nabati (pesnab) dengan bahan sederhana seperti daun sirsak, sereh, kunir dan dicampur cengkeh. Menurut Pety, pesnab jauh lebih memberikan manfaat pada tanaman dan tanah daripada pestisida kimia.
Pety mengatakan tanaman yang disemprot pesnab lebih sehat untuk dikonsumsi sehari-hari. Selain itu, tanah juga tidak kehilangan unsur hara. “Pesnab bikin tanah tetap gembur, tidak keras seperti kalau pakai pestisida kimia. Kami telah membuktikannya sendiri,” ujar Pety.
Selain bikin pesnab, para pemuda diajak membuat pupuk organik menggunakan kasgot atau bekas maggot. Kasgot adalah sisa pencernaan yang dihasilkan larva maggot Black Soldier Fly. Hasil pencernaan ini dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. “Dalam pertanian organik, semua komponen dapat dimanfaatkan untuk keberlanjutan. Tidak ada yang terbuang sia-sia,” ujar Pety.
Direktur Program Gita Pertiwi, Titik Eka Sasanti, mengatakan “Toxic Free for Teenager” menjadi kegiatan edukasi pada remaja sekaligus memeringati Hari Anak Nasional. Selain belajar di KWT Ngudi Makmur, Gita Pertiwi mengajak para generasi muda memahami pengelolaan sampah dengan menyusuri TPA Putri Cempo. “Setelah mengunjungi Ngudi Makmur dan Putri Cempo, peserta kami minta berdiskusi dan membuat video tentang apa yang mereka pelajari. Dengan demikian ilmu yang diterima bisa semakin tersebar luas,” ujar Titik.