Artikel

Gotong Royong Revitalisasi Irigasi (Saluran Sekunder dan Tersier), Kolaborasi Multipihak Memenuhi Kebutuhan Air di Wilayah Hilir Sub DAS Pusur “Dari Gambar Peta menjadi Aksi Nyata”

Desa Juwiring dan desa Pundungan kecamatan Juwiring termasuk dalam wilayah hilir Sub-DAS Pusur. Luas lahan sawah di desa Juwiring 238 Ha dan desa Pundungan 148 Ha dengan pola tanam padi-padi-padi. Padahal di musim tanam ketiga, dua desa tersebut memiliki persoalan irigasi yaitu berkurangnya debit air.

Berkurangnya debit air menyebabkan meningkatnya biaya produksi terutama pada biaya sedot air dan tenaga kerja. Selain itu juga banyak sawah yang tidak ditanami karena aliran air tidak dapat menjangkaunya. Penyebab kurangnya debit air tersebut salah satunya diduga karena kondisi saluran irigasi yang kurang baik (saluran irigasi banyak yang rusak, sehingga air terbuang sia-sia).

Berhubung kompleksnya persoalan irigasi, maka para pihak di wilayah hilir hanya mentargetkan tahun ini fokus untuk memetakan kondisi saluran irigasi dan pintu airnya,  Melalui rembug warga di Balai desa, petani mulai melihat peta saluran irigasi yang ada dan membagi peserta dalam kelompok kecil untuk membuktikan langsung di lapangan. Jalan-jalan ke lapangan atau biasa dibeut tarnsek dilakukan oleh perangkat desa, petani (poktan, gapoktam, KWT), Babinsa, BPD dan lembaga yang mengatur irigasi.  Dari transek tersebut diperoleh gambar/peta kondisi saluran irigasi (sekunder, tersier dan cacing) di desa tersebut.

Melihat kondisi lapangan, maka petani dan para pihak menyimpulkan perlu ada tindakan nyata untuk memfungsikan kembali saluran irigasi.  Khususnya di wilayah yang kondisinya sudah banyak ditumbuhi semak belukar.  Selain menghambat aliran irigasi, banyaknya semak belukar juga berpotensi menjadi sarang hama, khususnya tikus.  Oleh karena itu gugur gunung, gotong royong menjadi startegi untuk membersihkan saluran irigasi. Pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut antara lain petani, KWT (Kelompok Wanita Tani) , BPD, Gapoktan, Poktan,  P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air), Pemerintah Desa, Babinsa, KOMPAK (Komunitas Petani Alami Klaten), Pusur Institute, dan Carefood.

Di desa Juwiring, saluran irigasi di blok Randon dan timur Karangwuni kondisinya ditumbuhi rumput dan pintu air tidak berfungsi. Sehingga banyak lahan tidak digarap. Awalnya, pembersihan saluran irigasi hanya di blok Randon sepanjang 324 meter. Tetapi karena dukungan dari beberapa pihak; Gapoktan, KWT, P3A, pemdes, dan Babinsa, maka pembersihan saluran irigasi dilanjutkan sampai hamparan timur Karangwuni sepanjang 503 meter. Total 15,41 Ha bisa teraliri air dengan lancar, bersih dari endapan dan rumput.

Sedangkan di desa Pundungan, gotong royong pembersihan saluran irigasi di utara blok G1. Kondisi sebelum dibersihkan, saluran air ditumbuhi rumput. Setelah dibersihkan saluran air sepanjang 522 meter menjadi lancar, bersih dari rumput dan endapan dan mampu mengaliri 7,28 Ha dengan 45 orang petani.

Tantangannya, fisik saluran irigasi sudah banyak yang rusak sehingga mengakibatkan kebocoran, sehingga perlu perbaikan.  Selain itu petani yang mayoritas penggarap, juga kurang memperhatikan kebersihan sawahnya.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, maka Kepala Desa akan mengkoordinir pertemuan dengan petani pemilik dan panggarap sawah di sepanjang saluran irigasi untuk membuat peraturan bersama agar saluran tetep terjaga kebersihannya. Selain itu diupayakan memperbaiki saluran irigasi dengan menggunakan APBDes dan bantuan pihak lain (Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, CSR perusahaan) dan iuran warga.

Sebelum dibersihkan
Sesudah dibersihkan
Share: